KESBANGPOL SULSEL – Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Selatan mencatat produksi padi di provinsi itu selama 2021 mencapai 5,09 juta ton gabah kering giling (GKG) atau mengalami peningkatan 382,2 ribu ton dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya 4,71 juta ton GKG.
Kepala Badan Pusat Statistik Sulawesi Selatan Suntono di Makassar, Selasa mengatakan produksi tertinggi terjadi pada September yaitu sebesar 1,06 juta ton atau telah naik 8,12 persen.
“Untuk produksi gabah kering giling yang dihasilkan petani Sulsel cukup besar jika membandingkan dengan tahun sebelumnya. Puncak produksi itu di bulan September,” ujarnya.
Dia mengatakan produksi padi terendah terjadi pada bulan Juni, yaitu sebesar 0,1 juta ton GKG. Berbeda dengan kondisi pada 2021, produksi padi tertinggi pada 2020 terjadi pada Agustus dan Mei.
Untuk penurunan produksi padi yang cukup besar pada 2021 terjadi di beberapa wilayah seperti Kabupaten Gowa, Kabupaten Barru, dan Kabupaten Soppeng.
Di sisi lain, terdapat beberapa kabupaten/kota yang mengalami peningkatan produksi padi relatif besar, misalnya Kabupaten Wajo, Jeneponto, dan Kabupaten Bone.
“Ada tiga kabupaten/kota dengan total produksi padi (GKG) tertinggi pada 2021 adalah Kabupaten Bone, Wajo, dan Pinrang. Sementara itu, tiga kabupaten/kota dengan produksi
padi terendah ialah Kota Parepare, Kepulauan Selayar, dan Kota Makassar,” katanya.
Suntono menjelaskan, jika perkembangan produksi padi selama tahun 2021 dilihat menurut Subround, terjadi penurunan produksi padi secara berturut-turut pada Subround Mei-Agustus 2021 sebesar 0,61 juta ton GKG (31,75 persen) dibandingkan periode yang sama pada 2020.
Penurunan produksi padi tersebut disumbang oleh penurunan luas panen yang terjadi pada Subround Mei-Agustus yang sebesar 174,69 ribu hektar (40,28 persen).
Di sisi lain, peningkatan produksi padi hanya terjadi pada Subround Januari-April 2021 dan Subround September-Desember 2021, yaitu masing-masing sebesar 0,6 juta ton GKG (50,95 persen) dan 0,39 juta ton GKG (24,15 persen) dibandingkan periode yang sama pada 2020.
Pada Januari 2022, produksi padi diperkirakan sebesar 0,16 juta ton GKG, dan potensi produksi padi sepanjang Februari hingga April 2022 mencapai 2,1 juta ton GKG.
Dengan demikian, total potensi produksi padi pada Subround Januari-April 2022 diperkirakan mencapai 2,26 juta ton GKG, atau mengalami kenaikan sebanyak 0,48 juta ton GKG (26,76 persen) dibandingkan 2021 yang sebesar 1,79 juta ton GKG.
Menurut Suntono, jika produksi padi dikonversikan menjadi beras untuk konsumsi pangan penduduk, maka produksi padi sepanjang Januari hingga Desember 2021 setara dengan 2,92 juta ton beras, atau mengalami kenaikan sebesar 219,30 ribu ton (8,12 persen) dibandingkan 2020 yang sebesar 2,7 juta ton.
Produksi beras tertinggi pada 2021 terjadi pada Bulan September sebesar 0,61 juta ton dan Bulan April sebesar 0,53 juta ton. Sementara itu, produksi beras terendah terjadi pada Juni, yaitu sebesar 0,06 juta ton.
Berbeda dengan tahun 2021, produksi beras tertinggi pada 2020 terjadi pada Bulan Agustus dan Mei. Pada Januari 2022, produksi beras diperkirakan sebanyak 0,09 juta ton beras, dan potensi produksi beras sepanjang Februari hingga April 2022 ialah sebesar 1,21 juta ton.
“Dengan demikian, potensi produksi beras pada Subround Januari-April 2022 diperkirakan mencapai 1,30 juta ton beras atau mengalami kenaikan sebesar 0,27 juta ton (26,76 persen) dibandingkan dengan produksi beras pada Januari-April 2021 yang sebesar 1,02 juta ton beras,” ucapnya.